Selasa, 20 Juni 2017

Resume 4 (setelah uts) Menajemen Kelas

Pengelolaan kelas adalah kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar yang efektif di dalam kelas. Belajar yang efektif dilihat dari 3 aspek berikut:

  1. Aspek kognitif: ada perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu 
  2. Aspek afektif: ada perubahan dari yang tidak suka menjadi suka
  3. Aspek psiko-motorik: ada perubahan perilaku, seperti yang tidak memiliki ketrampilan menjadi memiliki ketrampilan
Fungsi Manajemen Kelas:

  • Membuat kelas sebagai tempat belajar
  • Menciptakan proses belajar efektif di dalam kelas
  • Menciptakan suasana kelas yang kondusif
  • Berusaha agar siswa benar-benar aktif belajar
  • Mengupayakan suasana-suasana yang membantu proses belajar yang efektif dan efisien
Tujuan Manajemen Kelas: 
  • Mewujudkan situasi dan kondisi kelas sehingga memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin
  • Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar dan mengajar yang efektif
  • Menyediakan dan mengatur fasilitas yang mendukung siswa agar bisa belajar efektif
  • Membina dan membimbing sesuai latar belakang sosial, budaya, ekonomi dan budaya

Kunci dalam Manajemen Kelas:
  • Menyampaikan aturan dan prosedur yang digunakan guru dan mengajak siswa untuk bekerjasama agar mematuhinya
  • Mengajak siswa terlibat lebih aktif dalam proses belajar dan mengajar di kelas

Dampak Manajemen Kelas kepada Siswa:
  • Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung jawab dan sadar akan pengontrolan atau regulasi dirinya
  • Membantu siswa menampilkan tingkah laku sesuai tata tertib kelas dan merasakan teguran guru sebagai sebuah peringatan bukan suatu kemarahan
  • Menimbulkan rasa kewajiban melibatkan diri dalam tugas dan aktivitas kelas

Dampak Manajemen Kelas kepada Guru:
  • Mengembangkan pengertian dan ketrampilan dalam penyajian pembelajaran
  • Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa

Strategi dalam Manajemen Kelas:
  • Mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal
  • Menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran 
  • Membangun dan menegakkan aturan
  • Mengajak murid untuk bekerja sama
  • Mengatasi masalah secara efektif
  • Menggunakan strategi komunikasi
Tujuan dan Strategi Manajemen:
- Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorentasikan pada tujuan
- Manajemen kelas yang efektif akan membantu anda memaksimalkan waktu pengajaran anda dan waktu belajar murid anda
- Mencegah Murid mengalami problem akademik dan emosional
- Kelas yang dikelola dengan baik akan memberikan aktivitas dimana murid menjadi terserap kedalamnya dan termotivasi untuk belajar dan memahami aturan dan regulasi yang harus dipatuhi dalam kelas seperti itu, murid kecil kemungkinannya mengalami masalah emosional dan akademik
Penataan Kelas


Prinsip Penataan Kelas:
  • Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang
  • Pastikan bahwa guru dapat dengan mudah melihat semua murid
  • Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses
  • Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas
Gaya Penataan Kelas:
  1. Gaya auditorium: Gaya susunan kelas di mana semua murid duduk menghadap guru
  2. Gaya tatap muka: Gaya susunan kelas di mana murid saling menghadap
  3. Gaya off-set: Gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku, tetapi tidak duduk berhadapan langsung sama lain 
  4. Gaya seminar: Gaya susunan kelas di mana sejumlah besar murid (sepuluh atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U
  5. Gaya klaster: Gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil
Strategi untuk Menjadi Komunikator yang Baik:
  • Menggunakan tata bahasa dengan benar
  • Memilih kosakata yang mudah dipahami dan sesuai dengan level murid
  • Menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan murid dalam memahami perkataan kita
  • Berbicara dengan tempo yang tepat 
  • Tidak menyampaikan hal-hal yang kabur
  • Menggunakan perencanaan dan pemikiran logis sebagai dasar berbicara secara jelas di kelas
Cara Menangani Konflik:
  1. Gaya agresif : Salah satu gaya dalam menangani konflik di mana orang cenderung “galak” kepada orang lain dan bersikap menuntut, kasar, dan bermusuhan
  2. Gaya manipulatif : Salah satu gaya dalam menangani konflik di mana orang berusaha untuk mendapatkan keinginannya dengan cara membuat orang lain merasa bersalah atau kasihan kepadanya
  3. Gaya pasif : Salah satu gaya dalam menangani konflik di mana orang bersikap non-asertif dan pasrah dan tidak mau memberi tahu orang lain tentang apa yang mereka inginkan
  4. Gaya asertif : Salah satu cara menangani konflik di mana orang mengekspresikan perasaan mereka, meminta apa yang mereka inginkan, mengatakan tidak pada apa-apa yang tidak mereka inginkan, dan bertindak demi kepentingan terbaik mereka. 
Dari empat gaya dalam menghadapi konflik, bersikap asertif adalah pilihan yang terbaik.

 Aplikasi manajemen kelas berbeda di setiap tingkatan pendidikan dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi serta situasi yang ada.

Sabtu, 03 Juni 2017

Resume 3 (Setelah UTS) Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam hidupnya,agar dapat mencapai kesejahteraan dalam hidupnya dan mencapai perkembangan tahap potensial nya yang lebih maksimal.
Konseling merupakan suatu proses dimana konselor membantu konseli membuat interpretasi-interpretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan,rencana, dan penyesuain yang perlu dibuat.  Dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu. Atau dengan kata lain, konselor membantu klien dalam pemecahan masalah agar mampu mengembangkan diri.
Bimbingan dan Konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Bagaimana manusia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti.
   Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
Fungsi Bimbingan dan Konseling adalah:
  Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex)
  Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
  Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
  Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
  Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
  Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
  Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
  Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
  Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konsel

Asas Bimbingan dan Konseling :
Rahasia                        Harmonis
Sukarela                      Ahli (menggunakan kaidah profesional)
Terbuka                       Ahli tangani kasus
Kegiatan                      Tut Wuri Handayani (mengayomi)
Mandiri
Kini
Dinamis
Terpadu

Resume 2(setelah UTS) Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah

 PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI SEKOLAH

A. Psikologi pendidikan

Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.Psikologi pendidikan merupakan ilmu yang mempelajari teori-teori dala psikologi pendidikan.
Tujuan Psikologi pendidikan:
Untuk membantu peserta didik agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan.
Contoh teorinya : Perkembangan - Proses belajar - Fungsi kognitif (Piaget).

Kontribusi Psikologi Pendidikan bagi Pendidikan:
1.Pengembangan Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat program yang direncanakan dan dilaksanakan baik di dalam maupun diluar sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Aspek pengembangan kurikulum:
  • Karakteristik peserta didik
  • Kemampuan peserta didik untuk melakukan sesuatu dalam berbagai konteks
  • Hasil belajar (learning outcomes)
  • Standarisasi kemampuan siswa
2.Pengembangan Program Pendidikan 
(Penyusunan jadwal pelajaran, jadwal ujian yang melibatkan aspek psikololgis)

3.Sistem Pembelajaran 
4.Sistem Evaluasi

 
Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Ruang lingkup (scope) psikologi pendidikan, biasanya membahas selain proses belajar juga membahas tentang perkembangan, hereditas dan lingkungan, kesehatan mental, evaluasi belajar dan sebagainya. Sedangkan buku yang lingkupnya lebih sempit biasanya berkisar pada soal proses belajar mengajar saja. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh maksud penulis dalam menulis buku itu. Ada yang bermaksud hanya memberikan pengantar saja, sehingga pembahasanya mengenai lingkup itu cukup luas, akan tetapi kurang mendalam. Sebaliknya ada yang lingkup pembahasannya tidak luas, yaitu berkisar pada proses beljar, akan tetapi pembahasannya cukup mendalam. Jadi, beleh dikatakan bahwa tidak ada dua buku psikologi pendidikan yang menunjukkan ruang lingkup materi yang sama benar. Walaupun demikian, pada dasarnya psikologi pendidikan membahas hal-hal sebagai berikut

a)      Hereditas dan Lingkungan

b)       Pertumbuhan dan Perkembangan

c)      Potensial dan Karakteristik Tingkah laku

d)     Hasil Proses Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Individu yang Bersifat Personal dan Sosial

e)      Higiene Mental dan Pendidikan dan

f)       Evaluasi Hasil Pendidikan


B.Psikologi Sekolah

Psikologi sekolah merupakan ilmu terapan dari psikologi pendidikan yang hanya berfokus pada sekolah dan bidang – bidangnya di sekolah, terutama terhadap murid. Psikologi sekolah juga berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi yang bertujuan untuk membentuk pola pikir anak.
Fungsi Psikolog Sekolah dan Perlunya Psikolog Sekolah
Psikolog Sekolah berfungsi dalam hal diagnostik di sekolah yaitu
·         Pelaksanaan tes
·     Melakukan wawancara dengan siswa, guru, orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa
·         Observasi siswa di dalam kelas, tempat bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya
·         Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa.
Selain memiliki fungsi, Psikolog sekolah juga mempunyai peran penting dalam menumbuh kembangkan dan memberikan rasa nyaman terhadap semua warganya , baik siswa , guru , karyawan , Tata Usaha , atau tamu serta para orang tua murid.

Tingkat I (psikodiagnostik); meliputi pelayanan tes kecerdasan, kemudian pemberian laporan tertulis yang memberi gambaran kelemahan dan kekuatan yang terungkap oleh tes tersebut.

Tingkat II (klinis dan konseling); perhatian psikolog sekolah terhadap anak didik bersifat menyeluruh, yang mana membantu pihak sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah kesmen yang dihadapi anak. Pada tingkat ini peran psikolog erat dengan masalah kelompok dalam kelas dan masalah yang berkaitan dengan kelas.

Tingkat III (indusrti dan organisasi); dalam hal ini psikolog ikut terlibat dalm tindakan yang menyangkut kebijakan dan prosedur sekolah, dalam pengembangan dan evaluasi program serta pelayanan sekolah,dapat berupa; supervisi, pendidikan, konsulatan bagi kariawan edukatif maupun nonedukatif (membantu malakukan seleksi, penempatan, serta urusan-urusan personalia lain), dan bekarja sama dengan ahli-ahli lain dalam masyarakat.


Kamis, 18 Mei 2017

Resume 1(setelah UTS) Paedagogi dan Andragogi

Paedagogi dan Andragogi

A. Paedogogi
Paedagogi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk anak-anak atau dapat juga disebut sebagai ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak.

Konsep diri atau kepribadian, pada paedagogi dikatakan bahwa anak sangat tergantung kepada pihak lain, hampir seluruh kehidupannya diatur oleh orang dewasa, baik di rumah, di sekolah, maupun di tempat lain. 

Paedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar. Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru. 
Tujuan paedagogi adalah:
  • Memanusiakan manusia, menjadikan seseorang dewasa demi kebahagiaan dalam menjalani kehidupan.
  • Agar anak di kemudian hari mampu memahami dan menjalani kehidupan dan kelak dapat menghidupi diri mereka sendiri, dapat hidup secara bermakna, dan dapat turut memuliakan kehidupan.
  • Membantu murid mempertanyakan dan menantang dominasi serta keyakinan dan praktek-praktek yang mendominasi.
  • Mengembangkan kepribadian siswa yang sehat.
B.Andragogi     
     Andragogi adalah ilmu yang membahas pendekatan dalam interaksi pembelajaran antara pendidik dan peserta didik yang berusia dewasa. Semula Andragogi digunakan dalam satuan, jenis, dan lingkup program pendidikan nonformal yang sistemik, namun sekarang pendekatan ini sering pula diterapkan dalam satuan pendidikan formal sejak satuan, jenis, dan lingkup program pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
                        Istilah andragogi diambil dari bahasa Yunani. andr dan agogo. Andr artinya dewasa dan agogo berarti membimbing atau mengamong. Jadi, andragogi adalah kegiatan membimbing atau mengamong orang dewasa. Sejak tahun tujuh puluhan, andragogi diberi arti sebagai ilmu dan seni untuk membantu orang dewasa belajar (andragogy is the science and arts of helping adults learn). Menurut Knowles (1977), pendekatan pembelajaran ini dianggap sebagai lawan pedagogi (andragogy versus pedagogy).

.    Hal-hal yang terlibat dalam andragogik
                Prinsip andrgogik berasalkan empat teori utama tentang orang-orang dewasa dan mengapa mereka belajar dengan anak-anak. 
1.      self concept
knawles yakin bahwa orang-orang dewasa pada hakikatnya membutuhkan self-derecting (kemandirian) sekali seorang mencapai kedewasaan-kematangan, ia beranjak dari ketergantungannya menjadi seorang yang mandiri.
2.      pengalaman 
pada saat orang dewasa matang mereka mengembangkan dan mengumpulkan pengalaman yang kemudian menjadi sumber pengetahuan. sangat masuk akal mereka memanfaatkan pengalamn-pengalaman mereka itu ketika mereke terlibat dalam proses belajar.
3.      kesiapan untuk belajar
orang dewasa menyadari bahwa pendidikan mereka memberikan penghargaan terhadap apa yang terjadi sekarang, tidak terhadap apa yang mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang. mereka biasanya siap untuk belajar karena mereka melihat keperluan atau kepentingan saat ini.
4.      orientasi terhadap belajar
orang-orang dewasa ingin menerapkan apa-apa yang mereka pelajari itu pada situasi-situasi kehidupan nyata yang mereka hadapi sehari-hari.

Pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan anak-anak (paedagogy). Pendidikan anak-anak akan berlangsung dalam bentuk asimilasi, identifikasi, dan peniruan, sedangkan pendidikan orang dewasa menitikberatkan pada peningkatan kehidupan mereka, memberikan keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang mereka alami dalam hidup mereka dan dalam masyarakat.
Perbedaan antara konsep andragogi dan pedagogi adalah bahwa konsep andragogi berkaitan dengan proses pencarian dan penemuan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk hidup, sedangkan konsep pedagogi berkaitan dengan proses mewariskan kebudayaan yang dimiliki generasi yang lalu kepada generasi sekarang.

Terdapat 4 (empat) konsep untuk membedakan antara orang dewasa dan anak-anak, yaitu:
1.      Konsep diri,
2.      Konsep pengalaman,
3.      Konsep kesiapan belajar, dan
4.      Konsep perspektif waktu atau orientasi belajar.
Menurut konsep diri orang disebut dewasa, jika orang tersebut:
1.            Mampu mengambil keputusan bagi dirinya,
2.            Mampu memikul tanggung jawab, dan
3.            Sadar terhadap tugas dan perannya.
Dalam andragogi belajar berorientasi pada pemecahan masalah, yaitu belajar sambil bekerja pada persoalan sekarang untuk dipergunakan sekarang juga. Dalam pedagogi orientasi belajarnya adalah pada mata pelajaran yang dipelajari oleh murid sekarang untuk bekal hidup di masa mendatang.

Minggu, 09 April 2017

LAPORAN HASIL OBSERVASI DI SMK NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN


LAPORAN HASIL OBSERVASI DI SMK NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN 
MATA KULIAH : PSIKOLOGI PENDIDIKAN






OLEH : KELOMPOK 7
1. BRIAN TARIGAN 16-159
2. DWI AVRILLIA M. GINTING 16-186
3. DHEA ORIZA SATIVA S.16-196
4. LISSA SETIANA RIA S.16-209
5. SINTHYA APRIANTI S.16-212
6. MUSTIKA MELATI 16-216
7. CINDY APRILLA TARIGAN16-225
8. SARA TAMARANI MANIK16-227

SEMESTER II
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Laporan Observasi Kelompok 7 Psikologi Pendidikan
Topik:  Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa 
JudulPengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMKN 1 Percut Sei Tuan
BAB 1 PERENCANAAN

1.1 PENDAHULUAN
Perkembangan arah pengajaran di Indonesia yang benuasa kompetitif dan menghargai poses belajar yang berdampak pada penguasaan kompetensi serta berbagai kebijakan pendidikan yang dilakukan juga sering berawal dari langah-langkah yang telah dilakukan oleh Negara lain. Model dan pola pendidikan yang serba diseragamkan, mulai bergeser menuju paradigma desentralisasi. Demikian juga dengan pendekantan pembelajaran yang selama ini lebih bersifat normative, lebih mengutamakan aspek kognitif secara afektif dan psikomotorik, perlahan-perlahan mulai ditata secara utuh melalui pola pembelajaran yang bernuansa pembelajaran aktif yang lebih memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Dari sinilah kemudian berkembang konsep pembelajaran yang lebih berorientasi pada kebutuhan siswa dan tidak lagi berorientasi pada guru semata. Nuansa dialogis dalam proses pembelajaran semakin dikembangkan untuk membentuk karakter siswa yang berani, jujur, bertanggung jawab dan mampu beragumentasi secara ilmiah. Uraian di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran pada perguruan tinggi, terus mengalami perubahan. Salah satu bentuk perubahan yang dimaksud adalah perubahan dari bentuk Teacher Centered Learning (TCL) ke Teacher Centered Learning (SCL). Oleh sebab itu, dalam laporan ini akan dibahas mengenai pola pembelajaran teacher center danstudent center.






1.2. LANDASAN TEORI
Pendekatan Konstruktivisme menekankan kepada kelompok kami untuk aktif membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap tugas yang diberikan secara tertulis. Dalam tugas ini kami mengeksplorasi dan memahami apa saja yang harus dilakukan dalam memenuhi tugas yang diinginkan dosen pengampu. Dan dalam tugas ini kami juga mulai belajar terjun kedunia lapangan sekolah, dalam tugas ini juga kami belajar untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepada kami. Kami juga belajar untuk menyelesaikan masalah yang harus kami hadapi dalam pengobservasian yang kami lakukan
Metode Konstruktivisme mendorong kami melakukan pembelajaran SCL (Student Center Learned) . Pada metode ini, kami sebagai mahasiswa melakukan pembelajaran dewasa untuk mencari jawaban atas pertanyaan kami. Observasi kami memacu kami untuk mengeluarkan kemampuan sosial kami, bagaimana kami berinteraksi kepada guru untuk meminta izin berkaitan dengan kehidupan sosial kami. Sebagaimana yang dijelaskan dalam teori Bronfenbrener. Hal ini juga berkaitan dengan salah satu teori Kohlberg tentang perkembangan moral convensional reasoning , dalam arti bahwa kami harus memahami dan mematuhi peraturan yang dibuat oleh sekolah seperti yang dijelaskan bapak Sukirman  (Wakil Kepala Sekolah). Bagaimana kami berinteraksi dengan siswa-siswi yang ada disekolah, mendekatkan diri dengan murid-murid yang ada dan membuat kenyamanan sebaik mungkin dalam lokasi sekolah tersebut.
• TEORI BELAJAR 
1.      B.F. Skiner
Skinner memberikan statemennya bahwa belajar merupakan “Tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang (S) dan respon (R)” yang terkenal dengan teorinya yaitu Operant Conditioning Theory. Ada dua macam respon dalam kegiatan belajar Respondent response reflexive respons, bersifat spontan atau dilakukan secara reflek, diluar kemampuan seseorang. Dalam situasi yang demikiasn seseorang cukup belajar dengan stimulus yang diberikan dan ia akan memberikan respons yang sepadan dengan stimuli yang datang. Operant Response (Instrumental Response), respon yang timbul dan berkembangnya dikuti oleh perangsan-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut dengan reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang ini memperkuan respons yang telah dilakukan oleh organisme. Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant response secara sederhana adalah sebagai berikut :
Mengidentifikasi hal-hal apa yang merupakan reinforcer bagi tingkah laku yang akan dibentuk. Menganalisa, dan selanjutnya mengidentifikasi komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud. Berdasarkan urutan komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen-komponen itu. Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan mengunakan urutan yang telah disusun. Kalau komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya (reinforcer) diberikan. Kemudian komponen kedua, jika yang pertama sudah terbentuk, yang kemudian diberi hadiah pula (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Teori belajar ini berhubungan dengan metode pembelajaran yang digunakan di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan. Siswa diberi penjelasan teori dan kemudia diberikan contoh yang nyata, kemudian guru memberi pertanyaan disertai dengan hadiah. Dalam hal ini, hadiah diberikan sebagai bentuk reinforcement(perangsang) dan siswa pun banyak yang mencoba menjawab dengan benar untuk mendapatkan hadiah tadi.

1.3 ALAT DAN BAHAN
- Kamera 
- Notes 
- Pulpen 
- Handphone
1.4 ANALISIS DATA
Data diperoleh langsung di lembaga pendidikan sekolah yang telah di tentukan. Data yang diperoleh akan diolah sesuai dengan teori pembelajaran observasional. Metode yang kami gunakan untuk memperoleh data sebagai berikut : 
• Observasi 
Kami mengambil data dengan mengobservasi secara langsung kegiatan pada siswa kelas 10 jurusan teknik mesin SMK NEGERI 1 Percut Sei Tuan mulai jam pelajaran kedua hingga jam pelajaran kelima, dan kami berfokus pada kegiatan siswa ketika sedang belajar di ruangan kelas.

• Wawancara 
Kami juga sempat melakukan wawancara dengan siswa dikelas 10 Teknik mesin yang berjumlah 20 orang dan dengan 4 siswi dari kelas 11 jurusan teknik komputer dan jaringan. Pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan adalah pertanyaan seputar tentang tingkat pemahaman belajar mereka dan kendala apa saja yang dialami dalam proses belajar mengajar.
1.5 SAMPEL PENELITIAN DAN LOKASI PENGAMBILAN DATA
Sampel      :  Siswa kelas 10 jurusan teknik mesin.
Tempat      : SMK NEGERI 1 Percut Sei Tuan





BAB II
PELAKSANAAN 

2.1. SISTEMATIS PELAKSANAAN PENELITIAN 
1. Permohonan untuk pembuatan  surat izin dari fakultas kami lakukan pada tanggal 29 Maret 2017. Pengambilan surat izin dari fakultas kami lakukan pada tanggal 07 April 2017.
2. Diskusi pemilihan judul untuk observasi kami lakukan pada tanggal 30 Maret 2017.
3. Diskusi untuk perencanaan kegiatan observasi kami lakukan pada tanggal 03 April 2017.
4. Pemberian surat izin dari fakultas ke SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan kami lakukan pada tanggal  07 April 2017 .
5. Kegiatan observasi dilakukan pada hari Sabtu, 08 April 2017 

2.2. PROFIL SEKOLAH
Nama Sekolah: SMKN 1 PERCUT , SEI TUAN
Telepon :  (061) 7357932
Email:  info@smkn1-pst.sch.id
Uang Sekolah: -
Dana Komite:  Rp 100.000/bulan
Observasi Kelas/Jurusan : X / Teknik Mesin
Jumlah Siswa Kelas Observasi: 20 siswa laki-laki
Tanggal Observasi :  8 April 2016
Waktu Observasi: 9.00 – 10.00




➢ Setting lokasi sekolah
SMKN 1 Percut ini terdiri dari 14 jurusan , dan pada kelas X pada SMK ini
terdiri dari 6 kelas Teknik Sepeda motor , 11 kelas Teknik Kendaraan Ringan , 3 kelas Teknik Las dan Fabrikasi , 8 kelas Teknik Mesin , 9 kelas TKJ , 6 kelas Teknik Rekayasa Perangkat Lunak , 5 kelas Teknik Pendingin Udara , 8 kelas Teknik Elektro Audio Vidio , 1 kelas TJTL , 9 kelas TITL , 1 kelas Furniture , 3 kelas Geomatika , 6 kelas Teknik Sipil Arsitektur , 6 kelas Teknik Kontruksi Gedung
Sekolah ini dilengkapi dengan 1 laboratorium Bahasa, 1 laboratorium Komputer/jaringan , perpustakaan, ruang OSIS, ruang Pramuka, aula, UKS ,toilet di berbagai jurusan, satu lapangan voli, satu lapangan basket, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, ruang wakil kepala sekolah bagian humas, ruang wakil kepala sekolah bagian edukasi, ruang tata usaha, dan pos satpam.
➢ Settingan ruangan kelas
Didalam kelas terdapat 2 jendela , 15 meja siswa , 30 kursi siswa , 1 meja guru dan 1 kursi guru , 1 whiteboard , 1 kipas angin tidak menyala , 6 lampu tidak menyala. Lampu tidak menyala dan kipas angin tidak menyala kemungkinan pada saat diadakannya observasi terjadi mati listrik atau terdapat kendala lain yang terjadi didalam kelas tersebut.



BAB III
LAPORAN DAN EVALUASI DATA


3.1. Sistematis Observasi Kegiatan

Observasi kami lakukan pada hari Sabtu, 08 April 2017. Dengan sampel yang kami pilih adalah kelas 10 teknik mesin SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan yang masuk pada pukul 07.30WIB. Namun, karena jarak dari Padang Bulan ke daerah Pancing (SMK 1 Percut Sei Tuan) memakan waktu kurang lebih 1 jam kami baru bisa mengobservasi mereka pada jam 9 pagi. Anak-anak sudah melakukan aktivitas seperti biasa yaitubelajar dan sebagian kelas ada yang melakukan praktek di ruang praktek masing-masing. Kebetulan, kelas yang kami observasi sedang mengikuti proses belajar mengajar di ruang kelas yang dipandu oleh seorang guru laki-laki yaitu pak Fahrul Mirza. Kelompok kami terdiri dari 8 orang, sehingga untuk mempercapat proses observasi, kami membagi menjadi 2 tim. Tim pertama yaitu Brian, Dhea, Mustika, dan Sinthya bertugas mengobservasi di dalam ruangan kelas 10 teknik mesin, sedangkan yang lainnya, yaitu Dwi, Cindy, Lissa, dan Sara bertugas berkeliling untuk mencari dan melengkapi data tentang profil sekolah. Saat tim pertama memasuki kelas, terlebih dahulu memina izin kepada pak Fahrul Mirza lalu kemudian kami memperkenalkan diri kepada adik-adik yang ada di kelas tersebut lalu kami duduk dibangku paling belakang untuk mengamati proses belajar mengajar yang mereka lakukan kurang lebih 30 menit. Selama proses belajar mengajar berlangsung sebagian besar siswa aktif dalam pembelajaran. Mereka sering mengajukan pertanyaan seputaran pelajaran yang diajarkan oleh pak Fahrul. Mereka juga menanggapi setiap penjelasan bapak tersebut. 
Metode pembelajaran yang digunakan oleh pak Fahrul adalah teacher centered. Dimana pak Fahrul menjelaskan secara mendetail dan memberikan contoh konkrit kepada siswa nya agar lebih mudah memahami materi yang diberikan. Kondisi kelas juga santai dan hangat, artinya terjalinnya komunikasi yang baik antara guru dan siswa. Sesekali siswa juga membuat lelucon saat pembelajaran. Hal ini menunjang semangat siswa sehingga siswa tidak mengantuk saat pembelajaran berlangsung, tetapi bila mereka tidak dikontrol maka lelucon tadi justru membuat suasana kelas ribut. Jika kami melihat, para siswa memang cukup baik dalam mendengarkan guru, akan tetapi mereka cenderung jarang mencatat dan tidak memakai buku referensi saat belajar. Walaupun guru mengajar dengan menggunakan materi dari handphone (mobile learning), kehadiran buku referensi juga sangat penting untuk menunjang pemahaman siswa lebihmendalam. 
Kondisi ruangan dan lingkungan juga nyaman dan bersih, banyak ditanami pepohonan karena SMK ini adalah salah satu sekolah menuju adiwiyata nasional. Sehingga, murid juga semakin nyaman dan tidak merasa kepanasan saat belajar. Akan tetapi, pencahayaan nya kurang. Hal ini disebabkan karena terkadang lampu kelas rusak akibatnya, mereka hanya memakai pencahayaan dari matahariBegitu juga dengan penggunaan teknologi pendidikan yang mereka gunakan cukup banyak. Hal ini disebabkan karena mereka adalah sekolah kejuruan. Selain ada kelas teori mereka juga mempunyai kelas praktek yang menggunakan teknologi pendidikan berupa komputer, internet, mesin otomotif dan lainnya yang menunjang pembelajaran. 
Beberapa kendala yang dialami guru salah satunya pak Fahrul saat mengajar di kelas adalah terkadang kondisi kelas sulit dikendalikan, apalagi didalam kelas semua siswa nya laki-laki. Tingkat emosi siswa yang berbeda-beda membuat guru harus mengajar semenarik mungkin. Agar mereka tidak bosan dan lebih paham akan materi nya dan bisa mempraktekkan nya langsung saat di ruang praktek. Terlebih mereka adalah SMK yang dipandang orang sudah siap bekerja. Oleh karena itu, menceritakan pengalaman yang berhubungan dengan materi merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan niat belajar siswa ungkap pak Fahrul. Sedangkan kendala dari siswa, ada siswa yang merasa dirinya salah jurusan sehingga malas dan tidak ada niat untuk belajar. Akan tetapi, bagi sebagian siswa lain saat diberi tugas mereka cukup lancar mengerjakan. Mereka juga mempunyai solidaritas yang tinggi terhadap sesama teman nya dan kendala-kendala lainnya yang masih tergolong bisa diatasi. 
Setelah selesai mengambil data kami pun mengucapkan terimakasih kepada siswa di kelas 10 Teknik Mesin dan kepada pak Fahrul selaku guru yang sedang mengajar di kelas tersebut. Setelah itu, kami pun keluar dan melengkapi data yang belum ada. 
3.2. EVALUASI DATA
Evaluasi data kami simpulkan dalam poin-poin sebagai berikut: 
  Sebagian besar murid reflektif, sebagian lagi implusif. Sebagian murid memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru yang sedang mengajar dan reflektif menjawab pertanyaan guru serta bertanya dan berdiskusi tentang apa yang belum dipahaminya dan pengalaman yang berhubungan dengan materi yang sedang disajikan guru. Beberapa murid melamun, bahkan dan diam-diam saja tanpa mencatat materi yang diberikan.
  Sebagian murid adalah deep learner dan sebagian lagi surface learner. Murid-murid dengan gaya belajar yang mendalam mencoba mengulang ucapan guru kemudian membaca bukunya lalu mencatat di buku tulisnya. Namun, pada kelas yang kami observasi mereka cenderung jarang mencatat. 
  Guru membuat perencanaan mengajar dengan sangat baikbaik (tujuan instruksional, perencanaan kegiatan, prioritas). Hal ini dilihat dari guru yang memahami materi dan dapat menjawab pertanyaan siswa dengan sangat baik pula. 
Selain itu, gurunya juga memberikan tugas dengan materi yang disampaikan sebelumnya, yaitu berupa tugas berkelompok yang menunjang semangat siswa.
  Guru menggunakan pendekatan teacher-centered dengan metode instruksi langsung dimana guru memberikan penjelasan dan bertanya hanya tentang pelajaran Kewirausahaan dari awal jam pelajaran hingga jam pelajaran berakhir.
  Guru menggunakan salah satu strategi instruksional Teacher-Centered dengan comparative advance organizerdimana guru memberikan materi baru dengan menanyakan dan mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya dan dengan memberikan contoh konkrit kepada siswanya.
  Motivasi murid untuk belajar tidak lagi sepenuhnya karena ingin memahami materi yang dipelajari. Tujuan yang ingin dicapai murid berpindah dari mastery goal menjadi performance goal.
  Motivasi belajar murid cukup tinggi. Akan tetapi, usaha guru untuk meningkatkan kembali motivasi belajar murid-muridnya masih sangat diperlukan agar kondisi ini tetap terjaga. Salah satu cara yang dapat diterapkan misalnya guru melakukan teknik Scaffolding dan memberikan gambaran atas hal-hal positif dari belajar dengan memberikan contoh nyata di kehidupan.
  Motivasi belajar murid cenderung sejalan dengan teori behavioral. Dimana murid belajar untuk mendapatkan nilai bagus dan kemudian mendapatkan penghargaan. Atau belajar agar tidak dimarahi orang tua di rumah.
  Teknologi yang digunakan cukup banyak dan kondisinya masih baik, seperti komputer, internet, mesin-mesin otomotif dan lainnya sehingga siswa mudah mengaplikasikan teori dikelas saat praktik nantinya. Salah satu teknologi yang sudah umum dimiliki oleh orang banyak yaitu telepon genggam (hp). Di SMK ini, mereka terkadang menggunakan metode belajar mobile learning yaitu metode pembelajaran yang lebih simple dan dapat di buka di telepon genggam. Tujuan nya agar siswa dan guru tidak perlu membawa buku yang berat ke sekolah.

3.3. Dokumentasi Gambar
1. Saat proses belajar mengajar

2. Ruang Praktek Teknik Mesin


3. Foto Bersama Sebagian Anak Kelas 10 Teknik Mesin

4. Saat Wawancara Dengan Siswa

3.4 POSTER

BAB IV
PENUTUP 
4.1. KESIMPULAN
Metode pembelajaran adalah metode teacher-centereddengan metode instruksi langsung dimana guru memberikan penjelasan dan bertanya hanya tentang pelajaran Kewirausahaan dari awal jam pelajaran hingga jam pelajaran berakhir saat guru sedang mengajarkan teori dari pelajaran tersebut. Dengan fasilitas yang cukup memadai di tambah dengan guru yang profesional, serta lingkungan sekolah yang hijau dan nyaman, siswa/i di sekolah ini memiliki motivasi belajar yang tinggi dan selalu ingin mencoba hal baru.

4.2. SARAN 
Untuk lebih meningkatkan motvasi belajar siswa/i, kelompok observasi memberikan saran untuk di masa yang akan datang yaitu : 
1. Perlunya pemenuhan inspirasi siswa secara cepat oleh perangkat sekolah baik mengenai cara mengajar guru dan pemenuhan fasilitas yang kurang maupun fasilitas yang perlu untuk di perbaiki.
2. Perlunya diadakan kegiatan konseling sekali seminggu dikelas untuk mengetahui apa saja kendala dan masalah yang dialami tiap siswa. Agar nantinya siswa bisa lebih mematuhi peraturan dan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.












DAFTAR PUSTAKA
Santrock, Jhon W.2004.Psikologi Pendidikan Edisi Kedua.Jakarta:Prenadamedia Group.